Fashion Berkelanjutan: Warisan Tenun & Daur Ulang Limbah Menjadi Karya Seni

By Bowo Susilo - 08:49


Ngomongin soal fashion yang berkelanjutan memang semenarik itu ya, karena selain memang keren, kita juga turut serta dalam menjaga bumi lho. Jumat, 28 Februari 2025, #EcoBloggerSquad kembali mengadakan pertemuan daring bertajuk "Fashion Reimagined: Upcycling Waste into Wearable Art". Acara ini menghadirkan dua narasumber inspiratif yang membahas bagaimana mode berkelanjutan dapat diwujudkan dengan mengangkat tradisi serta memanfaatkan limbah sebagai karya seni yang bernilai.  

Narasumber pertama, Margaretha Mala, seorang Srikandi pelestari tradisi dan konservasi, berbagi tentang pentingnya melestarikan kain tenun Dayak Iban. Sementara itu, narasumber kedua, Novieta Tourisia dari Cintabumi Artisans, membahas penciptaan sandang dan aksesori berbahan alami melalui metode upcycling dan pewarnaan alami.  

Kain Tenun Dayak Iban: Warisan Leluhur yang Perlu Dijaga


Salah satu tradisi turun-temurun Suku Dayak Iban adalah Nenun (menenun). Tradisi ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan menghasilkan kain tenun ikat yang memiliki nilai budaya dan estetika tinggi. Namun, di tengah modernisasi dan perkembangan zaman, tradisi ini mulai ditinggalkan oleh generasi muda, khususnya para pemudi Dusun Sadap.  

Motivasi Margaretha Mala untuk Melestarikan Tenun Dayak Iban 

Margaretha Mala melihat adanya ancaman kepunahan terhadap tradisi ini dan merasa terpanggil untuk melestarikannya. Ia pun aktif belajar menenun dari inai-inai (perempuan tua) di komunitasnya serta mengikuti berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas kain tenun ikat, seperti:  

1. Workshop Mewarnai dengan Bahan Alami – Menggali kembali metode pewarnaan alami untuk mempertahankan keaslian dan keunikan kain tenun.  

2. Pelatihan Peningkatan Kualitas Kain Tenun Ikat – Membantu para perajin dalam meningkatkan daya saing produk mereka.  

3. Pelatihan Pewarnaan Benang dengan Bahan Alami – Mendorong penggunaan pewarna alami yang lebih ramah lingkungan dibandingkan pewarna sintetis.  

Keunikan Kain Tenun Dayak Iban

Suku Dayak Iban memiliki beberapa jenis kain tenun dengan motif dan filosofi unik, di antaranya Pile, Sidan, Songket. Menenun biasanya dilakukan pada siang atau malam hari, di saat para perempuan memiliki waktu senggang setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.




Pelestarian Tumbuhan Pewarna Alami

Pewarna alami yang digunakan dalam kain tenun Dayak Iban berasal dari berbagai tumbuhan yang tumbuh di sekitar rumah betang, hutan, dan kebun masyarakat. Terdapat sekitar 29 jenis tumbuhan pewarna alami yang dikenal dan dimanfaatkan, di antaranya Rengat akar, Rengat padi, Kepapak/Laban, Mengkudu, Sibau, Durian dll. 

Penggunaan pewarna alami ini bukan hanya menjaga keberlanjutan lingkungan tetapi juga mempertahankan keunikan motif kain tenun yang khas dan memiliki nilai seni tinggi. Nah bagi yang ingin memesan produk tenun Dayak Iban, bisa menghubungi Kak Margaretha Mala di 081253492464.  

Wearable Poetry: Upcycling untuk Mode Berkelanjutan


Selain melestarikan tradisi, pendekatan lain dalam mode berkelanjutan adalah dengan upcycling, yakni mengubah limbah menjadi produk mode yang memiliki nilai tambah.  

Narasumber kedua, Novieta Tourisia dari Cintabumi Artisans, memperkenalkan konsep “Wearable Poetry”, yaitu sandang dan aksesori berbahan alami yang diproduksi dalam skala kecil dan diolah secara etis. Konsep ini menekankan pada keberlanjutan dan penghormatan terhadap alam.  

Mengapa Upcycling Penting?

Mode cepat (fast fashion) telah menjadi salah satu penyumbang limbah tekstil terbesar di dunia. Produksi pakaian dalam jumlah besar sering kali menyebabkan eksploitasi tenaga kerja serta pencemaran lingkungan akibat penggunaan pewarna sintetis dan bahan kimia berbahaya.  

Upcycling hadir sebagai solusi dengan prinsip Reduce, Reuse, and Recycle, yakni: Mengurangi sampah tekstil dengan mendaur ulang bahan yang sudah ada, Menggunakan kembali kain-kain bekas untuk menciptakan produk baru yang lebih bernilai, Mendaur ulang bahan pakaian lama menjadi karya seni yang bisa dikenakan.  

Pewarnaan Alami dalam Upcycling

Seperti halnya tenun Dayak Iban, pewarnaan alami juga menjadi bagian penting dalam proses upcycling di Cintabumi Artisans. Pewarna alami berasal dari tumbuhan seperti: Indigofera (menghasilkan warna biru), Mengkudu (merah), Teh dan kopi (coklat), Kunyit (kuning). Nah penggunaan pewarna alami ini tidak hanya lebih ramah lingkungan tetapi juga memberikan warna yang lebih lembut dan unik dibandingkan pewarna sintetis.  

Sustainability: Upaya Kolektif untuk Masa Depan  



Kak Novieta Tourisia menekankan bahwa keberlanjutan tidak hanya bergantung pada individu tetapi juga pada upaya kolektif. Masyarakat dapat berkontribusi dalam mode berkelanjutan dengan cara:  

1. Mendukung produk-produk upcycled dan handmade 

2. Mengurangi konsumsi fashion cepat (fast fashion)  

3. Menggunakan pakaian lebih lama dan melakukan reparasi jika diperlukan

4. Mempelajari teknik pewarnaan alami dan upcycling untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

Dengan mengadopsi gaya hidup ini, kita tidak hanya menjaga lingkungan tetapi juga mendukung para perajin lokal yang mempertahankan kearifan budaya dalam setiap karya mereka.  

Dari Kak Margaretha Mala, kita belajar tentang pentingnya menjaga tradisi tenun Dayak Iban sebagai warisan budaya yang tak ternilai. Sementara itu, konsep Wearable Poetry dari Kak Novieta Tourisia mengajarkan kita bahwa limbah bukanlah akhir, tetapi bisa menjadi awal dari sesuatu yang baru dan indah.  

Dengan memadukan tradisi dan inovasi, kita dapat menciptakan mode yang lebih bermakna, berkelanjutan, dan memiliki dampak positif bagi lingkungan serta komunitas. Saatnya kita berkontribusi dalam gerakan ini, baik sebagai konsumen yang lebih bijak maupun sebagai kreator yang peduli pada masa depan bumi kita.

Yuk sama-sama lestarikan lingkungan dan terus menjaga bumi!

Salam,





  • Share:

You Might Also Like

0 komentar