Waspada Hoax Ditengah Pandemi, Saring Sebelum Sharing
Ditengah pandemi seperti
sekarang ini, banyak beredar hoax diluaran sana. Tentu kita semua harus waspada
hoax ditengah pandemi, saring sebelum sharing agar tidak termakan hoax. Tentunya
teman-teman semua suah pada tau ya apa itu hoax. Hoax merupakan berita
palsu/bohong yang sengaja disebar untuk menutupi kebenarannya. Lalu kenapa sih
diera yang sudah modern dan serba digital ini masih banyak yang termakan hoax?
Nah itulah yang menjadi PR
kita bersama untuk tidak termakan hoax. Perlu diketahui bahwa tingkat literasi
masyarakat Indonesia sangat rendah, itulah sebabnya masih gampang termakan
dengan hoax. Saring sebelum sharing menjadi kunci utama nih untuk tidak
termakan hoax. Ketika menerima berita, ya jangan langsung main sebar aja.
Telusuri dulu kebenarannya, setelah yakin bahwa itu adalah berita benar, maka
bolehlah untuk disebarluaskan.
Ciri-ciri
berita hoax
Sebenarnya apa saja sih
ciri-ciri berita hoax itu? Bagaimana agar tidak menjadi korban hoax? Berikut
adalah beberapa ciri-ciri berita hoax yang perlu diperhatikan:
- Menciptakan kecemasan
- Sumber tidak jelas
- Judul dan pengantarnya provokatif dan dan tidak sesuai dengan isinya
- Manipulasi foto-foto dan keterangannya. Biasanya penyebar hoax menggunakan foto-foto lama untuk menyebar hoax.
- Minta supaya di share atau diviralkan
Nah itu tadi beberapa
ciri-ciri hoax. Tentunya ciri-ciri hoax masih banyak lagi, minimal ciri-ciri
diatas kita harus paham betul agar tidak termakan hoax.
Rabu, 14 Juli 2021 saya
berkesempatan mengikuti webinar dengan tema “No Hoax: Vaksin Aman, Hati Nyaman”.
Ini merupakan tema yang sangat penting dan menarik untuk dibahas ditengah pandemi.
Apalagi saat ini Pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan vaksinasi. Nah ditengah
proses vaksinasi ini, ternyata banyak loh berita-berita hoax yang beredar
diluaran sana tentang vaksin. Hal ini tentu harus menjadi perhatian bersama,
jangan sampai termakan berita hoax.
Prof.
Dr. Widodo Muktiyo selaku Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media
Massa Kementerian Kominfo, memberikan pemaparannya soal hoax. Biasanya
hoax yang paling sering diterima ialah dalam bentuk tulisan (62,10%), gambar
(37,50%), video (0,40%). Hoax dalam bentuk tulisan menempati posisi yang paling
atas. Karena memang ini yang paling mudah dipelintir untuk menutupi
kebenarannya. Itulah mengapa membaca dan memahami isi berita sangatlah penting.
Nah media penyebaran hoax
juga beragam ya, diantaranya bisa melalui radio, email, media cetak, televisi,
aplikasi chatting (whatsapp, line, telegram), situs web, social media
(facebook, twitter, instagram, path). Dan yang menempati posisi paling atas
adalah penyebaran hoax melalui social media.
Perkembangan social media
saat ini sangat pesat, mulai dari anak-anak hingga dewasa bahkan tua hampir
semua memiliki social media. Setiap pegang HP, maka tak jarang yang membuka
social media. Nah tau nggak sih, berita hoax tuh hampir setiap hari ada. Makanya
kita semua harus berhati-hati lagi agar tidak termakan hoax.
Banyaknya hoax yang beredar
diluaran sana, membuat masyarakat kembali semakin mempercayai jurnalisme
sebagai rujukan berita valid. Tentu ini bagus, jangan sampai mempercayai berita
di platform yang tidak jelas sumbernya. Pemerintah dan juga swasta serta pihak
terkait lainnya terus melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai literasi
digital. Edukasi dan pemberian wawasan kepada masyarakat terkait pemanfaatan
internet dan social media sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat makin aware dengan hoax.
Selain meningkatkan lietrasi
digital, klarifikasi juga penting untuk dilakukan. Klarifikasi ini bisa
menggunakan berbagai media untuk memberikan penjelasan terhadap isu hoax di
masyarakat. Pihak berwajib dalam hal ini POLRI juga terus melakukan penindakan
terhadap pembuat dan penyebar hoax. Jadi jangan main-main deh ya, kalau
terbukti bersalah maka akan mendapatkan penindakan dan hukuman sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
Hoax
soal vaksin ditengah pandemi
Beredarnya hoax soal vaksin ditengah
pandemi memang sangat cepat yang menyebabkan masyarakat ragu bahkan tidak mau
untuk divaksin. Dan mirisnya lagi adalah berita hoax soal vaksin menyebarnya
jauh lebih cepat dibandingkan dengan berita aslinya. Nah inilah yang menjadi
perhatian khusus bagi kita semua untuk sama-sama mencegah hoax.
Saat webinar, turut hadir dr. Siti Nadia Tarmizi, M. Epid selaku Juru
Bicara Vaksinasi COVID-19, Kementerian Kesehatan, yang memaparkan soal
pandemi dan juga vaksin. Sejarah pandemi (Influenza) ada sejak tahun 1918 Spanish
Flu A (H1N1), 1957 Asian Flu A(H2N2), 1968 Hongkong Flu A (H3N2), 2009 (pH1N1),
2020 (Covid-19). Dan pandemi Covid-19 sampai saat ini masih juga berlangsung. Bahkan
ada virus varian delta yang lebih berbahya.
Varian Delta dua kali lipat lebih
menular dibandingkan SARS-CoV-2 varian original (Wuhan), menular dengan cepat
diantara anak-anak usia sekolah, Ct value lebih rendah dan periode infeksius (viral
shedding) lebih panjang. Lalu gimana nih strategi yang bisa dilakukan agar lonjakan
kasus bisa terkendali? Strategi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
deteksi, terapeutik, vaksinasi.
Vaksinasi adalah cara yang
aman dan efektif untuk membangun perlindungan dari Covid-19. Persediaan vaksin
terus diupayakan oleh Pemerintah agar proses vaksinasi bisa merata ke seluruh
daerah di Indonesia. Jadi, sudahkah anda di vaksin?
Yuk sehat bersama!
Mencegah lebih baik daripada
mengobati!
0 komentar