Yayasan Econusa Ajak Masyarakat untuk Menjaga dan Perkuat Hutan Timur Indonesia
By Bowo Susilo - 16:36
Indonesia memang kaya
akan sumber daya alamnya, oleh karena itu sebagai warga Negara Indonesia yang
baik tentu kita semua wajib menjaganya dengan sebaik mungkin. Indonesia memiliki
hutan terluas ketiga di dunia. Wow tentu ini menjadi suatu kebanggaan
tersendiri dan harus dijaga dengan baik. Karena hutan ini menjadi paru-paru
dunia dimasa yang akan datang.
Menjaga hutan memang
sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah saja. Apalagi sebagai generasi milenial, tentu harus lebih
peka terhadap lingkungan disekitar. Jangan sampai kita cuek terhadap
lingkungan. Nah kali ini masyarakat tidak sendirian dalam menjaga hutan Indonesia.
Ada salah satu yayasan yang menjadi pelopor dalam pelestarian lingkungan.
Jakarta, 28 Januari
2020, saya berkesempatan untuk menghadiri acara yang diselenggarakan oleh
Yayasan Econusa. Mungkin ada yang sudah dengar tentang Yayasan Econusa ini?
Jadi, Yayasan Econusa didirikan pada tahun 2017 dan diprakarsai oleh Bustar Maitar seorang tokoh penggiat
lingkungan yang lahir dan besar di Papua.
Bapak Bustar Maitar (dok. EcoNusa) |
Yayasan EcoNusa
memiliki visi kedaulatan masyarakat untuk pengelolaan sumber daya alam yang
berkeadilan dan berkelanjutan. EcoNusa selalu berkolaborasi dari berbagai pihak
termasuk pemerintah pusat maupun daerah. Dengan adanya kolaborasi dari berbagai
pihak, maka penjagaan dan pengelolaan hutan di Timur Indonesia akan bisa
berjalan lancar.
Bukan hanya berfokus
pada hutan saja, EcoNusa juga membangun gerakan kelautan bersama untuk
perbaikan tata kelola dan praktik pengelolaan sumber daya laut yang ramah
lingkungan dan tentunya berkelanjutan. Ini penting banget untuk terus
dilakukan, agar generasi yang akan datang dapat menikmati alam yang lestari
seperti sekarang ini. Ya walaupun masih ada aja sekelompok orang yang sering
melakukan penebangan hutan sembarangan, semoga mereka juga sadar akan
pentingnya kelestarian lingkungan.
Kenapa sih yang
dikuatkan kok wilayah Hutan Timur Inodnesia? Bagaimana dengan yang lainnya? Ya
segala sesuatu memang harus bertahap kan guys, dan memilih Hutan Timur
Indonesia (Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara) juga memiliki alasan
tersendiri yakni karena wilayah hutan ini, tutupan hutannya yang masih terjaga
utuh. Total tutupan hutan di keempat provinsi ini seluas 38.660.802,42 hektare
atau 44% dari total total tutupan hutan di Indonesia yakni seluas 88.458.514,08
hektare.
Bapak Jimmy Wanma (dok. EcoNusa) |
Dalam kesempatan ini
turut hadir juga, Bapak Jimmy Wanma seorang
Peneliti Universitas Papua. Bapak Jimmy dan beberapa timnya sudah melakukan
penelitian yakni ekspedisi mangrove yang membutuhkan waktu 15 hari untuk bisa
menjelajah 5 Kabupaten (Sorong, Sorong Selatan, Fak-Fak, Teluk Bentuni dan
Kaimana). Ini hanya sebagian kecil wilayah Papua saja. Masih banyak sekali
hutan yang belum terjangkau. Ekspedisi itu dilakukan oleh 18 orang.
Saat menjelajah
mangrove, Bapak Jimmy dan juga timnya menggunakan Kapal Pinisi Kurabesi
Explorer. Tentunya mereka melakukan ini adalah sebuah tantangan besar, harus
kerja keras berada di kapal, menerjang lumpur, untuk mengetahui tentang
mangrove itu sendiri.
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bapak Jimmy dan beberapa timnya, hasil yang bisa
disimpulkan adalah sebagai berikut:
- Potensi mangrove di Papua Barat dapat dikelompokkan menjadi dua tipe mangrove, yaitu Mangrove air kabur (hutan mangrove dengan kondisi airnya kabur atau tidak jernih dan substratnya berlumpur tebal) dan Mangrove air jernih (blue water mangrove).
- Ada 39 jenis mangrove yang ditemukan yang terdiri dari 19 jenis mangrove utama dan 20 jenis mangrove asosiasi.
- Ditemukan 9 jenis mangrove yang memiliki jumlah paling sedikit di alam termasuk dalam kategori Cites LC & Decreasing sehingga perlu mendapat perhatian dan juga konservasi supaya tidak punah dikemudian hari.
Mengapa sih mereka
harus melakukan penelitian di Mangrove? Sudah dikatakan diawal bahwa EcoNusa
ingin menjaga hutan demi kelestarian lingkungan dan bisa dinikmati oleh
generasi yang akan datang. Seperti yang teman-teman lihat kejadian belakangan ini,
bahwa banyak terjadi banjir dimana-mana. Ya salah satu penyebabnya adalah
kurangnya pelestarian hutan sehingga tidak ada tempat untuk meminimalisir
terjadinya banjir, tidak ada resapan air yang cukup, dan lain sebagainya.
Bapak Matias Mairuma saat menyampaikan potensi kekayaan alam di daerahnya (dok. EcoNusa) |
Hadir juga Bapak Matias Mairuma selaku Bupati
Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Beliau menyampaikan begitu besar kekayaan
alam yang dimiliki oleh Kabupaten Kaimana. Saya pun sampai terheran-heran
ketika beliau menyampaikan bahwa harga satu ekor kepiting Cuma 2.000 rupiah
saja. Banyak pula tempat-tempat wisata yang sungguh indah luar biasa. Beliau
juga terus berusaha sebaik mungkin dalam menjaga hutan di daerahnya.
Pembangunan memang diperlukan tetapi juga harus memperhatikan kelestarian
lingkungan juga, jelas Bapak Matias.
Foto bersama Yuli Fonataba, Puteri Indonesia Papua 2018 |
Semoga dengan adanya
gerakan yang dilakukan oleh Yayasan EcoNusa, semakin banyak juga yang tergerak
untuk dapat berpartisipasi dalam menjaga hutan di Indonesia.
Salam,
1 komentar
Semoga Papua & Papua Barat selalu Lestari Alam & masyarakat bisa hidup harmonis berdampingan dengan alam
ReplyDelete